Pencegahan terjadinya air asam tambang dapat dilakukan dengan menghindari faktor-faktor pembentuk air asam tambang, seperti mineral-mineral sulfida. Adapun cara yang dapat dilakukan untuk mencegah air asam tambang :
1. Hidrologi
Pergerakan terhadap air di atas atau yang melewatidaerah timbunan merupakan faktor yang menentukan dalam upaya pencegahan dan pegendalian air asam tambang. Pada umumnya prioritas dan hantaran hidrolik (konduktivitas hidrolik) material pada daerah timbunan lebih besar dari pada batuan pada tanah penutup sebelum digali. Selain itu juga akibat penggalian juga akan mengubah pola dan kecepatan aliran.
Pelapisan dan penutupan bertujuan untuk mencegah masuknya air ke dalam timbunan. Bahan-bahan yang dapat digunakan sebagai pelapis atau penutup adalah material liat atau bahan sintetik.
a. Material Liat
Jenis material liat yang efektif sbagai pelapis adalah bentinit, karena material ini memiliki sifat mengembang dan melapisi/menutup. Akan tetapi bentonit mempunyai kecenderungan retak pada musim kemarau.
Pelapis liat ditempatkan pada material sulfida kemudian dipadatkan. Hal yang perlu diperhatikan adalah terjadinya infiltrasi air ke dalam timbunan. Oleh karena itu pemadatannya harus benar-benar diperhatikan dan rata, agar tidak terjadi pengumpulan air pada suatu tempat. Upaya stabilitas lapisan lapisan pada timbunan dari erosi dan longsor dilakukan dengan memperhatikan kemungkinan penetrasi akar tanaman yang ditanam.
b. Bahan Sintetik
Dengan bahan sintetik harga dan biaya pemasangannya mahal serta rentan terhadap pelapukan kimia. Pada umumnya digunakan untuk pelapisan kegiatan tambang dalam (underground). Keuntungan dari bahan sintetik ini adalah dapat mencegah terjadinya infiltrasi (impermeable). Bahan sintetik yang biasa digunakan adalah aspal, tar, semen, plastik film dan geotekstil.
2. Kandungan Oksigen
Pemakaian nitrogen, metana atau karbon sebagai gas penyelimut dapat mengurangi terjadinya air asam tambang, tetapi air asam tambang masih dapat terjadi akibat adanya oksigen terlarut dalam air. Penempatan material tanah di atas material sulfida tidak seluruhnya dapat mencegah difusi oksigen. Akan tetapi tingkat ketebalan dan kepadatan permukaan secara efektif dapat mengurangi jumlah dan laju masuknya oksigen.
Pelapisan material sulfida denagn lapisan pengkonsumsi oksigen (tanah pucuk yang mengandung mikro organisme yang aktif) merupakan strategi yang baik untuk mengurangi kandungan oksigen.
Tiga (3) langkah untuk mengurangi oksigen dalam timbunan adalah :
1. Material timbunan harus dikubur dan dilapisi dengan tanah pucuk sesegaera mungkin.
2. Material timbunan harus dipadatkan selama konstruksinya, terutama pada saat penempatan material sulfida.
3. Pemadatan pada permukaan dan lereng bagian luar adalah sangat penting dalam mengurangi oksigen dan konveksi udara ke dalam timbunan.
4. Bakterisida
Surfaktan anion, asam organik alam pengawet makanan sudah umum digunakan sebagai senyawa anti bakterial. Surfaktan bekerja dengan pelepasan ion hidrogen ke dalam membran sel bakteri sehingga menyebabkan kerusakan sel dan matinya bakteri. Salah satu jenis surfaktan sodium laurit sulfat (SLS) mampu mengurangi terbentuknya air asam tambang 60 % - 90 % dalam percobaan lapangan pada timbunan batubara buangan (coal refusi). Kebanyakan dari surfaktan anionik bersifat sangat mudah larut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar